Apresiasi SastraTeks Lagu Daerah
Rejang
Lebong
Nasib Nasib
Uku alew mai sadei Perbo saya pergi ke dusun perbo
temau punguk nak pengei dalen ketemu burung pungguk di pinggir jalan
Lang ke malang nasib ku iyo sungguh malang nasibku ini
awei punguk indeu ngen bulen bagaikan pungguk merindukan bulan.
Uku teus mai sadei saweak saya terus ke dusun sawah
temau saweak nak bioa musei ketemu sawah di tepi sungai Musi
Men ku namen tun temegea jika kutahu orang melarang
nemak ku anduk gen mlap bioa matei kuambil handuk untuk menghapus air
mata
Uku teus mai tabarena’ Saya terus menuju ke
Tabarenah
singga’ uku nak sipang epat singgah aku di simpang empat,
Men ku namen eko lak nikea’ jika kutahu engkau akan menikah
kunyeu ba uku idup melarat biarlah aku hidup menderita.
Uku belek mai bioa ambei Saya pulang ke Air Rambai
mitas uku kak sadei cu’up melintas saya di dusun Curup
Men ku namen ko bi jijei jika kutahu engkau sudah
jadi
baik ba uku dawi ba idup lebih baik aku tak usah hidup
(Dikutip
dari lagunya Romlah dan Ridwan CH Rejang Lebong).
Judul lagu “Nasib” yang
dinyanyikan oleh penyanyi Ridwan CH dan Romlah tersebut di atas dapat diartikan
suatu ketentuan yang harus diterima oleh seseorang baik atau pun buruk. Nasib juga dapat dipahami sebagai
suratan tangan yang harus dijalani, kalau tercatat akan selamat walau seribu
orang bersekongkol mau mencelakakan, ia tetap akan selamat tidak kurang suatu
apa sebaliknya kalau tercatat akan celaka walau seribu orang bersama-sama ingin
menyelamatkannya maka ia akan tetap celaka. Dalam perspektif agama Islam nasib
itu sama dengan takdir, yaitu ada (1) takdir musayyar sesuatu yang telah
ditentukan dan dibentuk oleh Maha Pencipta. Misalnya, manusia tidak tahu
bagaimana alat pencernaannya bekerja, pernapasannya berfungsi, dapat merasakan
semua itu tanpa ikhtiar juga kehadirannya di dunia ini atau kematiannya. Semua
sifat manusia yang sama dengan sifat benda, tanam-tanaman dan hewan adalah
musayyar. (2) takdir mukhayyar yaitu takdir yang manusia diberi kebebasan
memilih/menentukan, menerima atau menolaknya, seperti mau sholat atau tidak,
mau bekerja atau jadi pengangguran, termasuk jodoh.
Sekarang mari kita
pahami nasib yang dimaksud dari judul lagu di atas, pada bait pertama nasib si
fulan dijelaskan bahwa nasibnya malang. Kemalangan si fulan digambarkan seperti
burung pungguk merindukan bulan, artinya malang dalam bercinta yaitu
mengharapkan sesuatu yang tak mungkin didapatkannya atau bisa juga cinta
bertepuk sebelah tangan. Mana yang lebih tepat, cinta ditolak atau bertepuk
sebelah tangan ? jawabannya terdapat pada bait kedua, disana disebutkan “men
kunamen tun temegea” (kalau kutahu orang mencegah/melarang) jelas maksudnya
cinta ditolak bukan karena cinta bertepuk sebelah tangan. Cintanya ditolak
karena ada orang melarang/mencegah bukan karena penolakan dari gadis idamannya.
Siapa yang melarang ? bisa orang tua laki-laki atau perempuan, bisa keluarga
adik beradik, bisa juga keluarga dekat seperti pak de/bude, paman/bibi,
kakek/nenek dst. Orang mencegah/melarang bisa ada beberapa faktor umum
keseharian yang terjadi di masyarakat, yaitu :
1. Pihak
laki-laki orang tidak mampu sementara pihak perempuan keluarga berada.
2. Pihak
laki-laki rakyat biasa (petani) sedang pihak perempuan keturunan bangsawan
(pejabat).
3. Pihak
laki-laki wajahnya tidak tampan sedang perempuannya cantik.
4. Atau
ada faktor perselisihan yang belum selesai antara kedua orang tua dsb.
Dalam konteks lebih
luas “tun temegea” bisa berarti keduluan orang lain, ditunggu-tunggu tidak
segera melamar maka begitu ada yang melamar segera diterima. Artinya gadis
idaman dilamar orang lain, dan gadis idaman sudah menjadi gadis “bertanda”.
Gadis bertanda dalam kebudayaan Rejang tidak boleh diganggu siapapun, kalau ada
yang coba-coba maka nyawa taruhannya. Contoh kasus yang dapat dijadikan
pelajaran yaitu dongeng “Sinatung Natak”, ia dibunuh karena mengganggu gadis
bertanda. Dalam perpektif Islam memang pantang menawar barang yang sedang ditawar
orang lain, begitu juga dilarang melamar wanita yang sudah dilamar orang lain,
apalagi sampai membawanya lari.
Nasib malang semakin
dirasakan sangat malang tatkala mendengar gadis pujaannya mau menikah. Baru
tahap lamaran saja, mendengarnya sudah menyesakkan dada apalagi sebentar lagi
mau melaksanakan “bimbang kejai” maka si fulan mengungkapkan persaannya pada
bait ketiga sebagai berikut : “men kunamen ko lak nikea’, kunyau ba uku idup
melarat” kalau kutahu engkau segera menikah maka biarlah aku hidup sengsara,
dalam konteks keseharian orang Rejang “hidup sengsara” maksudnya seperti
pepatah bagai kerakap hidup di batu hidup segan mati tak mau. Antara hidup dan
mati, bekerja malas, makan minum apalagi semua terasa hambar, dunia serasa
gelap gulita, mata enggan terpejam hanya angan-angan mengukir wajahmu dalam
batok kepala, itu yang membawanya menginjak daratan. Puisi berikut ini
menggambarkan kondisi si fulan yang sedang gundah gulana.
Rindu
Kala malam pekat menyelimuti rasa
Hening, kabut menutup semua pintu
Angin menggigil membawa wajahmu pergi
Kudatangkan gambarmu seutuhnya, tapi tak
bisa
Waktu tlah merebut kita
Disini kusenandungkan rindu
Menjemput bayang-bayangmu di langit
kamar
Oh..rindu.......................................................................!!!
Rinduku menggambar senyum manismu semakin nyata
Memeluk tidur malamku semakin panjang
Mata enggan terpejam
Kubuka pintu, tak ada kamu
Air mata menetes .....setetes rindu.
Kemalangan si fulan ditegaskan pada bait terakhir yang
mengatakan, “men kunamen ko bi jijei” (kalau kutahu kau sudah jadi) maksudnya
pernikahan betul-betul sudah terlaksana, sehingga tak ada harapan lagi. Gadis
pujaan sekarang sudah sah menjadi milik orang lain tak bisa diganggu gugat lagi
kecuali nasib buruk menimpa seperti bercerai, meninggal sehingga ia masih punya
kesempatan menikahi gadis pujaannya walau statusnya janda. Kutunggu jandamu
hanya itu harapan kecilnya.
Jadi nasib malang memang sudah menjadi
bagianku (si fulan), takdir sudah menentukan bahwa saling cinta belum tentu menuju jenjang
pernikahan. Cinta boleh dipunyai oleh si fulan tapi raga gadis pujaan sekarang
sah milik orang lain. Ibarat pepatah penghibur hati “cinta tidak harus
memiliki”, akan tetapi hati si fulan tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Hal
ini terlihat pada kalimat terakhir sebagai berikut : “baik ba uku dawi ba idup”
(lebih baik aku tidak usah hidup), maksudnya jelas daripada hidup makan hati
berulam jantung lebih baik mati berputih tulang atau dalam bahasa tragisnya
“bunuh diri”. Mengapa si fulan merintih sampai mau bunuh diri segala, ini
disebabkan nasib bagiannya yang sudah jatuh ditimpa tangga pula.
Kesimpulan dari kisah si fulan, nasib yang
dimaksud adalah takdir buruk karena Tuhan menentukan lain dari yang
diharapkannya. Padahal kalau dikaji apa yang kita inginkan belum tentu itu yang
diberi oleh Tuhan pada kita. Bisa jadi apa yang diberi itu ternyata itu yang
terbaik buat diri kita, kita mencintai si A tapi ternyata si A mencintai si B,
si B mencintai kita tapi kita tidak, seperti lingkaran yang tak ada habisnya.
Oleh karena itu, kita harus bisa menerima apa yang diberikan oleh Tuhan apa
adanya (optimisme) sebaliknya kalau kita mengeluh dan menyalahkan nasib sebagai
biang keladinya maka sifat pesimisme ini harus dihindari. Sikap pesimis akan
membelenggu langkah panjang kita menuju harapan di masa datang. Dunia tak
selebar daun kelor, masih banyak gadis-gadis terbaik yang disiapkan Tuhan
menunggu di ujung waktu. Jangan kita habiskan waktu dengan hal-hal yang tak
berguna, hanya karena seorang wanita.Wanita yang dijodohkan oleh Tuhan untuk
kita seburuk apa pun itu yang terbaik buat hidup kita. Sebaliknya secantik
bidadari gadis yang meluluhkan hati kita, kalau bukan jodoh, itu lebih baik
buat kita.
Lagu di atas mengajarkan pada kita jangan seperti si
fulan yang tidak bisa menerima takdir ketentuan dari Tuhan lalu jatuh pada
menganiaya diri sendiri. Merintih, menyayat hati boleh-boleh dan sah-sah saja
karena sakitnya tu disini akan tetapi jangan lama-lama berkubang disana. Segera
bangkit dan berjalanlah seperti biasa saat anda merasakan betapa bahagianya
hidup didunia penuh lika-liku ini. Liku-liku laki-laki selalu berkelit
berkelindan dengan perempuan kecuali abnormal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar