Judul buku :
Kebudayaan Rejang
Penulis : YY. Ekorusyono
Halaman
: XIV + 308; 14 x 21 Cm
ISBN
: 978-602-7636-45-3
Terbit
: Cetakan Pertama, September 2013
Buku Litera, Yogyakarta
Resensi Penerbit
Penduduk di propinsi Bengkulu
terdiri dari 6 suku, yaitu : Rejang, Serawai, Lembak, Melayu, Pekal, dan
Enggano. Suku Rejang adalah suku
terbesar dengan jumlah anggotanya berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2010) kurang lebih 831.458 jiwa atau 48,90% dari total populasi penduduk propinsi
Bengkulu 1.7 juta jiwa. Suku rejang memiliki sejarah kebudayaannya sendiri,
unik ditengah kebudayaan Melayu yang mengelilinginya. Kekhasan kebudayaan itu,
perlu diketahui tidak hanya orang rejang sendiri tapi juga masyarakat luar.
Dalam
buku yang ditulis Ekorusyono ini menyadarkan kita pentingnya memahami
kebudayaan suatu masyarakat dalam merekontruksi peradaban selaras dengan nilai
budaya sendiri sebagai dasar pembangunan karakter bangsa. Juga diajak untuk
menelusuri sejarah asal-usul suku Rejang berdasarkan data arkeologis, ideofak
(ide-ide dalam legenda masyarakat) dan linguafak (teori kebahasaan). Sejarah
suatu masyarakat identik dengan masa lalu, tapi masa lalu itu sangat dominan
untuk menentukan masa depan. Sejarah merupakan jembatan masa lalu dengan masa
depan. Untuk menentukan konsep masa depan, sebaiknya kita berkaca pada sejarah.
Tulisan
etnografi suku rejang ini ditulis dengan merujuk pada teori Koentjaraningrat
(2009) mencakup ruang lingkup :
1. Lokasi, lingkungan alam dan demografi
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa
3. Bahasa
4. Sistem teknologi
5. Sistem mata pencaharian
6. Organisasi sosial
7. Sistem pengetahuan
8. Kesenian
9. Sistem religi
Dengan membaca buku ini setidak-tidaknya kita dibawa
ke dalam suatu masyarakat berbudaya tinggi di masa lampau. Ternyata, suku
rejang yang tidak begitu dikenal luas termasuk segelintir suku dari ratusan
suku di nusantara yang mempunyai aksara tersendiri dikenal sebagai ka, ga, nga
teks.
Dengan
memperhatikan pelestarian khazanah budaya bangsa, buku ini memberi jawaban
keingintahuan kita tentang ide-ide, gagasan serta nilai budaya yang perlu
digali lebih dalam lagi. Masih banyak kearifan lokal daerah dalam hal ini suku
Rejang belum terangkat, padahal itu sangat diperlukan dalam membangun di masa
depan. Tapi sebagai awal penulisan sejarah kebudayaan suatu masyarakat buku ini
patut dibaca.