Minggu, 06 November 2016

Buku Kebudayaan Rejang





                                     Judul buku                : Kebudayaan Rejang
                                     Penulis                      : YY. Ekorusyono
                                     Halaman                   : XIV + 308; 14 x 21 Cm
                                     ISBN                          : 978-602-7636-45-3
 Terbit                         : Cetakan Pertama, September 2013
                                       Buku Litera, Yogyakarta

Resensi Penerbit

            Penduduk di propinsi Bengkulu terdiri dari 6 suku, yaitu : Rejang, Serawai, Lembak, Melayu, Pekal, dan Enggano. Suku Rejang adalah suku terbesar dengan jumlah anggotanya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010) kurang lebih 831.458 jiwa atau 48,90% dari total populasi penduduk propinsi Bengkulu 1.7 juta jiwa. Suku rejang memiliki sejarah kebudayaannya sendiri, unik ditengah kebudayaan Melayu yang mengelilinginya. Kekhasan kebudayaan itu, perlu diketahui tidak hanya orang rejang sendiri tapi juga masyarakat luar.
            Dalam buku yang ditulis Ekorusyono ini menyadarkan kita pentingnya memahami kebudayaan suatu masyarakat dalam merekontruksi peradaban selaras dengan nilai budaya sendiri sebagai dasar pembangunan karakter bangsa. Juga diajak untuk menelusuri sejarah asal-usul suku Rejang berdasarkan data arkeologis, ideofak (ide-ide dalam legenda masyarakat) dan linguafak (teori kebahasaan). Sejarah suatu masyarakat identik dengan masa lalu, tapi masa lalu itu sangat dominan untuk menentukan masa depan. Sejarah merupakan jembatan masa lalu dengan masa depan. Untuk menentukan konsep masa depan, sebaiknya kita berkaca pada sejarah.
            Tulisan etnografi suku rejang ini ditulis dengan merujuk pada teori Koentjaraningrat (2009) mencakup ruang lingkup :
1.    Lokasi, lingkungan alam dan demografi
2.    Asal mula dan sejarah suku bangsa
3.    Bahasa
4.    Sistem teknologi
5.    Sistem mata pencaharian
6.    Organisasi sosial
7.    Sistem pengetahuan
8.    Kesenian
9.    Sistem religi
Dengan membaca buku ini setidak-tidaknya kita dibawa ke dalam suatu masyarakat berbudaya tinggi di masa lampau. Ternyata, suku rejang yang tidak begitu dikenal luas termasuk segelintir suku dari ratusan suku di nusantara yang mempunyai aksara tersendiri dikenal sebagai ka, ga, nga teks.
            Dengan memperhatikan pelestarian khazanah budaya bangsa, buku ini memberi jawaban keingintahuan kita tentang ide-ide, gagasan serta nilai budaya yang perlu digali lebih dalam lagi. Masih banyak kearifan lokal daerah dalam hal ini suku Rejang belum terangkat, padahal itu sangat diperlukan dalam membangun di masa depan. Tapi sebagai awal penulisan sejarah kebudayaan suatu masyarakat buku ini patut dibaca.